Wisata Kota
Tua Duderstadt, Yang Tersembunyi Dibalik Tembok: Runtuhnya Perekonomian dan
Kesejahteraan yang Hilang Dampak dari Blokade Logistik Pagar Besi.
Sebuah kota yang hidup dalam sejarah jauh pada abad ke-10, menarik
perhatian dengan keindahan arsitektur kuno yang terjaga baik, membangun
kehidupan modern dengan nuansa budaya yang amat kental. Kota kecil dimana masa
lalu dan masa kini hidup berdampingan. Dengan pesonanya diantara jalan berbatu
kuno, Duderstadt menampilkan sejarahnya dengan bangunan bersejarah nan megah,
menyiratkan pesan dari masa lalu yang bisa dirasa sampai kini. Dengan sejarah
yang kuat menjadi kekuatan bagi penghuninya dan melekat pada hati
pengunjungnya.
Dibalik keindahan bangunan kuno yang menyiratkan banyak sejarah,
meskipun kota ini tumbuh beriringan dengan modernisasi. Terdapat hal
tersembunyi yang menyayat hati, menjadi memori kelam dan sebuah kisah yang
sangat dikenang. Kemunculan sebuah tembok besi ditengah negara Jerman yang
memisahkan bagian timur dan barat. Menjadi tembok pemisah antar-jerman untuk
menghentikan perpindahan warga timur ke barat.
Sebuah perjanjian pasca perang dunia II yang di tandangani para pemimpin
sekutu pada 2 Agustus 1945 di potsdam, Jerman. Perjanjian yang disebut juga
perjanjian potsdam ini memisahkan negara Jerman menjadi dua bagian yaitu timur
dan barat, pada saat itu bagian timur yang dipimpin Uni Soviet memiliki
ideologi sosialisme dan sistem ekonomi berencana menjadikan negara Jerman
bagian timur tidak memiliki kebebasan pers, keterbatasan pergerakan tidak
memiliki lembaga peradilan yang independen dan tidak memiliki partai politik
maupun pemilu yang bebas. Sementara keterbetasan yang di alami Jerman Timur
berbanding terbalik dengan kekuasaan Jerman Barat yang di pimpin oleh Amerika
yang memiliki karakteristik kapitalis dan liberal. Sangat bisa diterima bahwa
tembok pemisah anatara pemerintahan republik federal jerman
dan republik demokratik jerman ini dibangun oleh pemeritahan jerman
timur. Dengan dibangunnya tembok yang membentang sepanjang negara Jerman
membuat negara Jerman bagian timur makin terisolir. Sekitar satu juta warga
Jerman yang tidak setuju dengan sistem sosialis otoriter sudah lebih dulu
melarikan diri ke bagian barat sebelum tembok dibangun. Hingga pada tahun 1961
pengungsi melarikan diri menggunakan perbatasan tembok berlin, namun
pembangunan tembok tersebut menutup akses para pengungsi untuk pergi ke barat.
Pada tahun 1970-an
Willy Brandt sebagai Kanselir Jerman Barat memulai era diplomasi baru, ia
memulihkan hubungan diplomatik dengan pemerintahan Jerman Timur. Dengan
politiknya Willy Brandt dianugerahi Nobel Perdamaian, dan pada tahun 1973 kedua
negra yang terbagi menjadi dua masuk keanggotaan penuh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Rezim sosislistis gagal dalam mengembangkan perekonomian
dan jaminan kesejahteraan pada masyarakatnya. Jerman Timur tertinggal jauh dari
perkembangan Jerman Barat. Dengan ideologi yang sangat membatasi, Warga Jerman
Timur kehilangan kebebasan untuk berpendapat. Warga di Jerman Timur juga harus
memiliki ijin khusus untuk dapat bepergian ke luar negri, dengan izin yang
sulit di dapat.
Kondisi negara yang terbagi dua berdampak pada kegiatan logistik antar
kota di Jerman saat itu, blokade jalur kereta maupun jalur logistik lainnya
dilakukan pemerintahan Jerman Timur sebagai pendekatan terhadap masyarakatnya.
Dengan terisolirnya kegiatan logistik di Jerman sehingga warga menjadi korban
kelaparan. Dengan itu Inggris dan Amerika Serikat memberikan bantuan heroik
berupa pengiriman stok makanan, pasokan lodistik dan obat-obatan ke Jerman.
Banyak keluarga yang terpisah bahakan hanya terhalang tembok yang menjulang
dari bagian atas sampai ke bagian bawah negara Jerman.
Warga Jerman Timur menyuarakan kekcewaan mereka dengan melakukan
demmonstrasi masal, sampai mengajukan permohonan ke luar negri ramai-ramai.
Meskipun pimpinan Jerman Timur dibantu dinas rahasia Stasi yang menakutkan
tidak mengurangi ketidak percayaan warga. Setelah Eropa Timur seperti Polandia
dan Hungaria berubah, desakan dari warga Jerman Timur yang menuntut kebebasan
dan dan demokrasi makin menjadi. Hilangnya kepercayaan warga dan tolakan atas
penindasan terus dilakukan, warga terus menyuarakan aksi protes yang semakin
meluas di berbagai kota. Pada 9 November 1989, Rezim Timur menyerah atas
desakan puluhan ribu orang yang menginginkan untuk melewati perbatasan antara
tembok timur dan tembok barat di pusat Jerman, yaitu Berlin.
Setelah terjadi unjuk rasa yang besar, pemerintah dan agen Stasi tidak
memilki keberanian untuk menembakan peluru pada ribuan masa yang ada, akhirnya
perintah dari pejabat tinggi jerman turun untuk membuka perbatasan. Sejak saat
itu 9 November menjadi simbol runtuhnya tembok Berllin. Pada tanggal 3 Oktober
menjadi Hari Penyatuan Jerman dan dinyatakan menjadi hari libur nasional.
Museum Grenzland, Duderstadt menjadi salah satu saksi nyata terpisahnya
negara Jerman menjai timur dan barat, tembok besi melintang di sekitar kawasan
terebut. Terdapat menara pengintai dan bunker yang dibangun untuk menjaga agar
warga tidak melewaati perbatasan. Tepat di museum ini gerbang keluar masuk
resmi perbatasan Jerman Barat dan Jerman Timur, didalamnya kita disuguhkan
barang-barang, gambar hingga ilustrasi keadaan saat negara tersebut terbagi
dua.
Dengan banyaknya sejarah membuat pengunjung merasakan keunikan dari kota
kecil ini. Dusderstadt, kota kecil yang indah dengan hamparan ladang gandum,
lingkungan yang tentram serta warga yang ramah menjadikan kesan manis
tersendiri bagi pengungjung. Pegunjung dapat memasuki dunia sejarah dengan
diiringi moderenisasi di setiap aspeknya, banyak pertokoan yang masih berdiri
didalam bangunan tradisional membuat kota ini sangat unik untuk dikunjungi.
Banyak pertunjukan yang ditampilkan warga lokal Duderstadt pada
peringatan-peringatan tertentu, mereka masih memegang erat sejarah dan
kebersamaan.